Kimia Dasar



ANALISA KUALITATIF PADA GOLONGAN I   DAN II

                                                      Disusun Oleh :
NAMA                 : WAHYUDIN
NIM                      : 12.05.039
KELOMPOK       :  6
JURUSAN            : FARMASI         

LABORATORIUM LINGKUNGAN HIDUP
JURUSAN FARMASI
SEKOLAH  TINGGI  ILMU    KESEHATAN
UNAAHA
2012



 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Penyelidikan yang bertujuan untuk mencari susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel disebut analisa kimai. Analisa kimia terdiri dari analisa kualitatif, yaitu penyelidikan mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran. Suatu senyawa dapat diuaraikan menjadi anion dan kation. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisa, analisis kualitatif dapat digunakan beberapa pereakasi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan.
Analisa kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu pemisahan dan identifikasi dimana kedua aspek ini didasari oleh kelarutan, sifat penguapan dan ekstraksi. Analisa campuran kation-kation  memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti masing-masing golongan ke dalam sub golongan dan komponen-komponennya.
Oleh karena itu pada praktikum kali ini akan dilakukuan percobaan dengan menganalisa beberapa larutan cuplikan dimana pengujian dilakukan dengan mereaksikan larutan cuplikan dengan pereaksi selektif, spesifik, dan sensitif agar dapat diketahui logam apa yang terdapat pada larutan cuplikan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
1.2.1 MAKSUD PERCOBAAN
Maksu dari percobaaan ini  adalah agar kita dapat mngetahui reaksi apa saja yang terjadi dalam anlisi kualitatif, mngetahui macam-macam reaksi yang terjadi,mempelajari kandungan suatu unsur yan tidak diketahui komposisinya, mempelajari tentang kation dan union pada suatu larutan.
1.2.2  TUJUAN PERCOBAAN
·         Mengetahui pereaksi selektif yang digunakan pada golongan I dan golongan II
·         Mengetahui perbedaan kation Hg22+ dengan Hg2+
·         Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
·         Mengetahui hasil reaksi golongan I terhadap HCl
·         Mengetahui pereaksi sensitif pada percobaan analisa kation ini





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      ANALISIS ANION DAN KATION
Analisis kualitatif adalah metode analisis yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan kandungan suatu unsur kimia pada suatu zat yang tidak diketahui komposisinya (Harvey, 2000). Ada dua aspek yang penting dalam analisis kualitatif yaitu pemisahan dan identifikasi. Kedua aspek ini didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kopleks, oksidasi-reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Sifat-sifat ini sebagaperiodik menentukan kecenderungan dari kelarutan klorida, sulfida, hidroksida,  sifat karbonat, sulfat dan garam-garam lainnya dari suatu logam. Analisis kualititatif merupakan metode efektif yang dapat digunakan untuk mempelajari kandungan suatu larutan. Metode analisis kualitatif menggunakan pereaksi golongan/selektif dan pereaksi spesifik.Penggunaan pereaksi ini bertujuan untuk mengetahui kation dan anion yang terdapat dalam suatu larutan (Patnaik, 2004).
Reaksi yang terjadi dalam metode analisis kualitatif dapat digolongkan menjadi reaksi spesifik, reaksi sensitif, dan reaksi selektif. Reaksi spesifik adalah reaksi khas yang merupakan reaksi antara bahan tertentu dengan pereaksi spesifik untuk bahan tersebut. Contoh reaksi ini adalah reaksi pada metode spot test. Reaksi sensitif adalah reaksi peka yang mampu menunjukkan keberadaan bahan yang hanya berjumlah sedikit sekali tetapi sudah tampak hasilnya dengan jelas. Reaksi selektif adalah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang berbeda-beda atas suatu pereaksi serta dapat berfungsi untuk memisahkan golongan yang berbeda. Contoh dari reaksi selektif dapat dilihat pada uji golongan klorida dimana reaksi selektif yang terjadi dapat memisahkan ion golongan klorida dengan ion lainnya (Harjadi 1989). Walaupun sekarang analisis kualitatif sudah banyak ditinggalkan karena dianggap sebagai analisis klasik, tetapi didalam kimia dasar yang pelajari analisis kualitatif merupakan prinsip-prinsip umum dan konsep-konsep dasar, analisis kualitatif sebagian besar didasarkan pada kesetimbangan untuk mengidentifikasi dan memisahkan ion-ion yang sejenis. Adapun jenis-jenis kesetimbangan yang dimaksud adalah kesetimbangan asam basa, kesetimbangan heterogen, kesetimbangan redoks dan kesetimbangan ion kompleks yang merupakan jenis-jenis kesetimbangan yang sering digunakan dalam analisis kualitatif anion. Yang sebagian bersifat oksidator, bersifat reduktor, dan sebagian lagi bersifat oksidator reduktor tergantung pada suasana larutannya. Reaksi pengendapan memiliki nilai-nilai yang sangat berarti bagi analisis anion.
Dalam diagram alir analisis kualitatif anion dan kation dimulai dari ion yang ditanyakan, pereaksi yang perlu ditambahkan, kondisi eksperimen dan rumus kimia produk yang dihasilkan. Ada berbagai macam cara untuk menggambarkan diagram alir analisis ion. Gambar umum yang biasa digunakan adalah aliran ke bawah, yang endapannya dituliskan disebelah kiri sedangkan larutannya dituliskan dikanan.
Langkah dalam analisis kation secara umum dapat dikategorikan dalam tiga tahapan, yaitu:
1.      Pemisahan kation-kation kedalam golongan.
2.       Pemisahan kation-kation dari tiap golongan.
3.      Identifikasi tiap kation.
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfat dan karbonat dari kation tersebut. Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut:
a.       Golongan I
Kation golongan I            : Timbel (II), Merekurium (I), dan Perak (I)
Pereaksi golongan            : Asam klorida encer (2M)
Reaksi golongan               : Endapan putih timbale klorida (PbCl2),
  Merkurium(I) klorida (Hg2Cl2), dan perak klorida
  (AgCl)
Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun timbale klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama kation golongan II nitrat dari kation-kation golongan I sangat mudah larut diantara sulfat -sulfat, timbal praktis tidak larut, sedang perak sulfat jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat terletak diantara kedua zat diatas. Bromide dan iodida juga tidak larut. Sedangkan pengendapan timbal halida tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali larut dalam air panas.sulfida tidak larut asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen.tetapi pada reagensia berlebih, ia dapat bergerak dengan bermacam-macam cara dimana ada perbedaan dalam sifat-sifat zat ini terhadap ammonia ( Svehla, 1985 ).
b.       Golongan II
Kation golongan II       :    Merkurium (II), timbal (II), tembaga (II), cadmium (II), dan timah (II)
Reagensia golongan      :    hydrogen sulfide (gas atau larutan-air jenuh)
Reaksi golongan           :    endapan-endapan dengan berbagai warna HgS (hitam), PbS (hitam), Bi2S3 (coklat), As2S3 (kuning), SnS2 (coklat) dan SnS2 (kuning).
Kation-kation golongan II dibagi menjadi 2 sub golongan, yaitu sub. Golongan tembaga dan sub. Golongan arsenic. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfide dalam ammonium polisulfida sub. Golongan tembaga tidak larut dalam reagensia ini. Sulfide dari sub. Golongan arsenic melarut dengan membentuk garam tio ( Svehla, 1985 ).
Prinsip pokok teknik analisa kualitatif ialah mengolah dan menganilisa data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Prosedur analisa data kualitatif dibagi dalam lima langkah, yaitu :
1.         Memahami
Awal proses analitik, peneliti-peneliti kualitatif berusaha untuk bisa mempertimbangkan data dan belajar mencari ” apa yang terjadi.” Bila pemahaman dicapai, peneliti bisa menyiapkan cara deskripsi peristiwa, dan data baru tidak ditambahkan dalam uraian. Dengan kata lain, pemahaman diselesaikan bila kejenuhan telah dicapai.
2.         Sintetis
Sintesis meliputi penyaringan data dan menyatukannya. `Pada langkah ini, peneliti mendapatkan pengertian dari apa yang “khas” mengenai suatu peristiwa dan apa variasi dan cakupannya. Pada akhir proses sintesis, peneliti dapat mulai membuat pernyataan umum tentang peristiwa mengenai peserta studi.
3.         Teoritis
Meliputi sistem pemilihan data. Selama proses teori, peneliti mengembangkan penjelasan alternatif dari peristiwa dan kemudian menjaga penjelasan ini sampai menentukan apakah “cocok” dengan data. Proses teoritis dilanjutkan untuk dikembangkan sampai yang terbaik dan penjelasan paling hemat diperoleh.
4.         Recontextual
          Proses dari recontextualisasi meliputi pengembangan teori lebih lanjut dan aplikabilitas untuk kelompok lain yang diselidiki. Di dalam pemeriksaan terakhir pengembangan teori, adalah teori harus generalisasi dan sesuai konteks.
                  Adapun cara lainnya sesuai dengan Underwood, 1993 adalah sebagai berikut :
1.      Membuat kategori
Cara ini dilakukan dengan membaca berulang kali data yang ada sehingga peneliti dapat menentukan data yang sesuai dengan penelitiannya dan membuang data yang tidak sesuai.
2.      Membuat kategori
Menentukan tema dan pola, langkah kedua adalah menentukan kategori yang merupakan proses yang cukup rumit karena peneliti harus mempu mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu kategori dengan tema masing-masing sehingga pola keteraturan data menjadi terlihat secara jelas.
3.      Menguji hipotesa
Menguji hipotesa yang muncul dengan menggunakan data yang ada stelah proses pembuatan kategori maka peneliti melakukan pengujian kemungkinan berkembangannya suatu hipotesa dan mengujinya dengan menggunakan data.
4.      Mencari eksplanasi alternatif data
Proses berikutnya adalah peneliti emeberikan keterangan yang masuk akal dengan data yang ada dan peneliti harus mampu menerangkan data tersebut didasarkan pada hubungan logika makna yang terkandung dalam data tersebut.
5.      Menulis laporan
Penulisan laporan merupakan bagian analisa kualitatif yang tidak terpisahkan. Dalam laporan ini peneliti harus mapu menuliskan kata-kata frasa dan kalimat serta penertian secara tepat yang dapat digunakan untuk mendekripsikan data dan hasil analisanya (Underwood, 1993).                                                                                                                                                                                             

Kelarutan adalah sifat fisik yang merujuk pada kemampuan substansi untuk larut dalam suatu larutan. Kelrutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Cotohnya adalah etanol dalam air, hingga sulit larut seperti perak klorida (AgCl2) dalam air. Faktor – faktor yang mempengaruhi kelrutan adalah sebagai berikut :
1.       Temperatur
Untuk pelarut zat padat, kelarutan meningkat seiring kenaikan suhu, sedangkan untuk gas perilakunya lebih unik.
2.       Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada pelarut organik. Ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik yang besar terhadap molekul pelrut organik. Oleh karena itu, biasanya kelrutannya lebih rendah dibandingkan kelarutannya dalam air.

3.       Efek ion sekutu
Suatu endapan umunya dapat lebih larut dalam air murni daripada suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan.
4.       Pengaruh pH
Ion hidrogen yang bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam lemah  dengan demikian meningkatkan garam itu.


B.       SIFAT-SIFAT UNSUR
Adapun sifat-sifat unsur  yang dimaksu adalah sebagai berikut:

1.    PERAK (Ag) :
           Perak (Ag) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna putih mengkilat dan mudah menghantarkan listrik maupun panas. Perak merupakan logam yang paling mudah dibentuk dan ditempa diantara semua logam. Logam perak sangat reaktif dan tidak larut dalam larutan asam encer, tetapi dapat larut dalam asam nitrat dan asam sulfat pekat. Perak tidak bereaksi dengan udara dan air pada suhu normal. Di alam, perak terdapat dalam bentuk unsur-unsur bebas yang banyak terdapat dalam lapisan-lapisan batuan dan terdapat bersama-sama dengan logam-logam lain, misalnya emas. Selain itu juga terdapat dalam bentuk persenyawaan dengan unsur-unsur lain mineral dan biji besi.

2.    TIMBAL (Pb) :
Timbal (Pb) adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang tinggi (11,48 g/mL pada suhu kamar), mudah larut dalam asam nitrat yang sangat pekat. Kelarutan yang sangat kecil dari timbal sulfida dalam air menjelaskan bahwa hidrogen sulfida merupakan reagensia yang begitu peka untuk mendeteksi timbal dan dapat diidentifikasi dalam filtrat yang berasal dari pemisahan timbal klorida yang hanya sedikit sekali larut dalam asam klorida encer.
3.    BESI (Fe) :
Besi (Fe) merupakan salah satu unsur logam transisi golongan VIIIB yang mudah ditempa, mudah dibentuk, berwarna putih perak dan mudah dimagnetisasi pada suhu normal. Secara kimia besi merupakan logam yang cukup reaktif, hal ini karena besi dapat bersenyawa dengan unsur-unsur lain, seperti unsur-unsur halogen, belerang, fosfor, karbon, oksigen dan silikon.

4.    KROM (Cr) :
Krom (Cr) merupakan salah satu unsur logam transisi golongan VIB yang tahan terhadap karat dan berwarna abu-abu tetapi dalam bentuk beberapa warna. Kromium adalah logam kristalisasi, yang putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa dengan berarti. Melebur pada suhu 1765oC. Logan ini larut dalam asam klorida encer tau pekat. Jika tak terkena udara akan terbentuk ion-ion kromium (II).

5.    SENG (Zn) :
Seng (Zn) merupakan salah satu unsur logam transisi golongan IIB yang berwarna putih kebiruan. Seng murni berbentuk kristal logam dan sangat rapuh pada suhu normal. Seng tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan senyawa-senyawa (larutan) asam. Seng terdapat dalam lapisan-lapisan bumi yang tidak terdapat dalam unsur bebas tetapi dalam bentuk senyawa-senyawa seperti seng (ZnO) dan dalam bentuk mineral-mineral.

6.    BARIUM (Ba) :
Barium (Ba) adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara kering. Barium bereaksi dengan air dala mudara yang lembab, membentuk oksida atau hidroksida. Barium melebur pada suhu 710oC. Loga ini bereaksi dengan air pada suhu ruang membentuk barium hidroksida dan hidrogen.
Ion-ion amonium (NH4+) diturunkan dari amonia, NH3 dan ion hidrogen H+. Ciri-ciri khas ion logam-logam alkali. Dengan elektrolisis memakai katode dari merkurium dapat dibuat amonium amalgam yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan amalgam dari natrium atau kalium. Garam-garam amonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang larut dalam air dengan membentuk larutan yang tak berwarna (kecuali bila anionnya berwarna).
Gas klorin berbau busuk (tidak enak) dan dalam jumlah yang besar gas ini cukup berbahaya bagi manusia, sebagai contoh gas ini digunakan sebagai racun pada perang dunia (1914-1919). Klorin merupakan salah satu unsur yang reaktif memiliki massa atom 35, 4527 sma, jari-jari 0,97 Å dan memiliki titik didih 239, 16 K, digunakan sebagai pembunuh kuman dalam air dan larutan klorin dapat pula digunakan sebagai pemutih.

7.    KLOR (Cl) :
Klor (Cl) terdapat sebagai NaCl, KCl, MgCl dan sebagainya dalam air laut, danau bergaram dan sebagai deposit yang bersal dari penguapan prasejara danau bergaram. Klor (Cl) diperoleh melalui elektrolisis air laut dengan menggunakan anoda air raksa dimana natrium melarut:
Na+ +
= Na
Cl = 1/2 Cl2 +

Kemudian natriumnya dihilangkan secara terpisah dengan mencuci amalgam dengan air, memberikan NaOH murni. Kecondongan prosedur ini adalah bahwa hilangnya raksa (Hg) merupakan bahaya polusi yang utama dan beberapa pabrik telah ditutup. Penggunaan elektroda ini menghasilkan larutan NaOH yang kurang murni.
Iodin atau I2 merupakan halogen yang kurang reaktif, tetapi membentuk senyawa dengan banyak unsur. Iodin berupa padatan ungu kehitaman, cepat menyublin pada suhu kamar serta memberikan uap berwarna ungu. Iodine mempunyai sifat seperti metal dan senyawa iodine sangat penting dalam bidang kimia organik dan kesehatan.
Larutan tak berwarna mengandung kation golongan II dalam HCl encer, diperlakukan dengan H2SO4 3%, kemudian dididihkan. Setelah pengaturan keasaman sampai 0,3 M, thioasetamida ditambahkan dan dipanaskan, bentuk endapan hitam. Penambahan larutan amoniak pekat dan thioasetamida diikuti pemanasan meninggalkan endapan hitam.
Pada larutan kalium kromat, dua tetes larutan uji dengan 1-2 tetes larutan K2CrO4, akan terbentuk endapan kuning, kemudian sentrifuga dan cuci. Tambahkan dua tetes asam asetat encer pada endapan dan aduk, larutan tersebut tidak larut.















BAB III
                 BAHAN DAN ALAT
III.1. BAHAN
-          Ag+
-          Pb2+
-          Hg2 2+
-          Cu2+
-          Cd2+
-          Hg2+
-          HCl 6 N
-          K2CrO4
-          Na2S
-          K4Fe(CN)6
-          KCN
-          KI
-          Aquadest
-          Kertas label
-          Tisu gulung
III.2. ALAT
-          Tabung reaksi
-          Rak tabung reaksi
-          Pipet tetes
-          Sikat tabung

III.3  PROSEDUR KERJA
            GOLONGAN I :
a.       Ag+ ditambah HCl 6 N
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Ag+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur HCl 6 N.
·         Dimasukkan HCl 6 N kedalam tabung reaksi berisi Ag+.
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
b.      Ag+ ditambah K2CrO4
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Ag+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur K2CrO4
·         Dimasukkan K2CrO4 kedalam tabung reaksi berisi Ag+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
c.       Pb2+ dengan HCl 6 N
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Pb2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur HCl 6 N
·         Dimasukkan HCl 6 N kedalam tabung reaksi berisi Ag+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
d.      Pb2+ dengan Na2S
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Pb2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur Na2S
·         Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Pb2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
e.       Pb2+ ditambah K2CrO4
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Pb2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur K2CrO4
·         Dimasukkan K2CrO4 kedalam tabung reaksi berisi Pb2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

f.       Hg2 2+ dengan HCl 6 N
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Hg2 2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur HCl 6 N
·         Dimasukkan HCl 6 N kedalam tabung reaksi berisi Hg2 2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
g.      Hg2 2+ dengan KI
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Hg2 2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur KI.
·         Dimasukkan KI kedalam tabung reaksi berisi Hg2 2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

GOLONGAN II
a.       Cu2+ dengan Na2S
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Cu2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur Na2S
·         Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Cu2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
b.      Cu2+ dengan K4Fe(CN)6
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Cu2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur K4Fe(CN)6.
·         Dimasukkan K4Fe(CN)6  kedalam tabung reaksi berisi Cu2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.


c.       Cd2+ dengan Na2S
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Cd2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur Na2S.
·         Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Cd2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
d.      Cd2+ dengan KCN
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Cd2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur KCN.
·         Dimasukkan KCN kedalam tabung reaksi berisi Cd2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
h.      Hg 2+ dengan Na2S
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Hg 2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur Na2S.
·         Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Hg 2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
i.        Hg 2+ dengan KI
·         Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
·         Dimasukkan Hg 2+ ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes, diamati warna mula-mulanya sebelum dicampur KI.
·         Dimasukkan KI kedalam tabung reaksi berisi Hg 2+ .
·         Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.




BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

   HASIL
Perlakuan
Pengamatan
Ø  Golongan I
a.      Ag+
1.      Ag+ ditambah HCl 6 N
-          Dimasukkan Ag+ ke dalam tabung reaksi.
-          Dimasukkan HCl 6 N
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
2.      Ag+ ditambah K2CrO4
-          Dimasukkan Ag+ ke dalam tabung reaksi
-          Ditambah K2CrO4
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
b.      Pb2+
1.      Pb2+ dengan HCl 6 N
-          Dimasukkan Pb2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan HCl 6 N.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
2.      Pb2+ ditambah K2CrO4
-          Dimasukkan Pb2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Dimasukkan K2CrO4.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
3.      Pb2+ dengan Na2S
-          Dimasukkan Pb2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan Na2S.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
c.       Hg2 2+
1.      Hg2 2+ dengan HCl 6 N
-          Dimasukkan Hg2 2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan HCl 6 N.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
2.      Hg2 2+ dengan KI
-          Dimasukkan Hg2 2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan KI.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.



-      Setelah di tambah HCl 6 N larutan berubah warna menjadi warna putih dan terdapat endapan putih.



-      Setelah ditambah K2CrO4 warna larutan berubah menjadi warna merah bata dan terdapa endapan merah bata.

Warna larutan tidak berubah tetpi terjadi endapan putih.



-     
Warna larutan berubah menjadi warna kuning dan terjadi endapan.



-   T Terjadi endapan hitam.



-     



        
Ø  Golongan II
a.      Cu2+
1.      Cu2+ dengan Na2S
-          Dimasukkan Cu2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan Na2S.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
2.      Cu2+ dengan K4Fe(CN)6
-          Dimasukkan Cu2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan K4Fe(CN)6 .
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
b.      Cd2+
1.      Cd2+ dengan Na2S
-          Dimasukkan Cd2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan Na2S.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
2.      Cd2+ dengan KCN
-          Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan aquadest.
-          Dimasukkan Cd2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan KCN.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
c.       Hg2+
1.      Hg 2+ dengan Na2S
-          Dimasukkan Hg 2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan Na2S.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
2.      Hg 2+ dengan KI
-          Dimasukkan Hg 2+ ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan KI.
-          Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi



-       Terdapat endapan hitam.




-        Setelah ditambahkan K4Fe(CN)6 warna larutan berubah menjadi warna kunig, dan terjadi endapan.



Terjadi endapan kuning.

-         



-          Setelah ditambahkan KCN warna larutan berubah menjadi warna merah muda. Tetapai tidak terjadi endapan







-         
-        Setelah ditambahkan KI warna larutan berubah menjadi warna orange dan terjadi endapan.

REAKSI-REAKSI
A. Reaksi kation pada golongan I
a.       Ag+
-          Ag+ + HCl                   AgCl     +  H+
                                (endapan putih)
-          2Ag+ + K2CrO4                      AgCrO4       +  2 K+
                                     (endapan merah bata)
b.      Pb2+
-          Pb (NO3)2 + 2 HCl                     PbCl2     + 2 HNO3
                                                        (endapan putih)
-          Pb2+ + Na2S                     PbS    + 2 Na+
                              (endapan hitam)
-          Pb (NO3)2 + K2CrO4                            PbCrO4    + 2 KNO3
                                          (endapan kuning)
c.       Hg22+
-          Hg22+ + HCl                       Hg2Cl2      + 2 H+
                              (endapan putih)
-          Hg22+ + KI                      Hg2Cl2      + 2 K+
                                  (endapan hijau)
B. Reaksi kation golongan II
a.       Cu2+
-          CuSO4 + Na2S                         CuS    + Na2SO4
                              (endapan hitam)
-          2 CuS + K4Fe(CN)6                   CuFe(CN)6      + 2K2S
                               (endapan merah kecoklatan)
b.      Cd2+
-          Cd2+ + Na2S                     CdS    + 2 Na+
                                 (endapan hitam)

-          Cd2+ + KCN                         Cd(CN)2  +  2 K2S
                              (endapan kuning)
c.       Hg2+
-          HgSO4 + Na2S                      HgCl     + Na2SO4
                                               (endapan hitam)
-          HgS + 2 KI                     HgI2      + K2S
                              (endapan orange)
PEMBAHASAN
       Anilsa kulitatif adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat pada suatu sampel yang belum diketahui komposisinya. Contohnya analisa kulitatif adalah analisa kation. Analisa kation yang dilakukan dengan perekasi selektifnya.
          Reaksi yang terdapat dalam metode analisa kualitatif dapat digolongkan menjadi rekasi spesifik, reaksi sensitif, dan reaksi selektif. Reaksi spesifik adalah reaksi yang khas yang merupakan reaksi antara bahan tertentu dengan pereaksi spesifik untuk bahan tersebut. Reaksi ini bisa kita lihat pada metode spot test. Contohnya adalah ketika Ag+ direaksi dengan K2CrO4 yang menghasilkan warna merah bata dan Pb2+ direaksikan dengan K2CrO4 yang menghasilkan warna kuning. K2CrO4 merupakan pereaksi spesifik karena peraksi tersebut memberikan warna yang khas untuk setiap kation-kation. Reaksi sensitif adalah reaksi yang peka yang mampu menujukkan keberadaan bahan yang berjumlah sedikit sekali tetapi sudah tampak hasilnya dengan jelas. Contoh dari reaksi ini adalah Hg2+ ditambah dengan sedikit KI sudah memberikan warna orange. Reaksi selektif adalah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang berbda-beda atas suatu perekasi serta dapat berfungsi untuk memisahkan golongan yang berbeda. Contoh dari reaksi selektif dapat dilihat dari uji golingan klorida dimana reaksi selektif yang terjadi dapat memisahkan ion golongan klorida dengan ion golongan lainnya.
       Dari hasil percobaan analisa kation golongan I ketika larutan Ag+ ditambah dengan larutan HCl 6 N menghasilkan warna putih dan endapan putih. Pada reaksi ini yang bertindak sebagai pereaksi selektif adalah HCl. Sedangkan ketika larutan Ag+ ditambahkan dengan larutan K2CrO4 menghsailkan endapan merah bata. Dipercobaan ini yang bertindak sebagai pereaksi spesifik adalah K2CrO4.
       Prinsip pada percobaan analisa kation ini adalah menggolongkan kation-kation berdasarkan pereaksi selektifnya untuk golongan I apabila direaksikan dengan HCl yang bertindak sebagai pereaksi golongan I akan menghasilkan warna putih dan endapan putih.
        Kelarutan adalah sifat fisik yang merujuk pada kemampuan substansi untuk larut dalam pelarut tertentu dan kondisi tertentu. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut :
1.       Temperatur
Dimana semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi pula kelarutannya. Hal ini disebabkan tumbukan antar partikel, yang menyebabkan semakin cepat terjadinya reaksi pada larutan.




2.      Pelarut
garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada pelarut organik. Ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik yang besar terhadap molekul pelrut organik.
3.       Efek ion sekutu
Suatu endapan umunya dapat lebih larut dalam air murni daripada suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan.
4.      Pengaruh aktifitas
Ternyata banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam larutan yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi seacra kimia dengan ion-ion endapan.
5.       Pengaruh pH
Ion hidrogen yang bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam lemah  dengan demikian meningkatkan garam itu sendiri.
6.       Efek kompleks
Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga bergantung pada konsentrasi zat-zat yang menambah kompleks dengan kation garam itu.
7.      Tekanan dan volume
Berbanding terbalik terhadap volume. Karena apabila tekanan kecil, volume akan membesar dan kelarutannya akan semakin rendah dan sebaliknya.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1  KESIMPULAN
§  Dari hasil percobaan didapatkan hasil bahwa pereaksi selektif pada golongan I adalah HCl dengan memberikan warna putih dan endapan putih. Sedangkan pereaksi selektif pada golongan II belum diketahui karena larutan Hg22+ dan Na2S tidak ada.
§  K2CrO4 dan HCl 6 N dengan cara menambahkan Ag+. K2CrO4 apabila ditambah Ag+ akan menghasilkan warna putih dan HCl 6 N direaksikan dengan Ag+ akan menghasilkan warna merah bata.
§  Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan:
1.      Temperatur
2.      Pelarut
3.      Pengaruh afinitas
4.      Pengaruh pH
5.      Efek kompleks
6.      Tekanan
7.    Volume
§  Kation golongan I seperti Ag+ dan Pb2+ membentuk endapan putih dengan pereaksi HCl.
§  Pada percobaan kali ini pereaksi spesifiknya adalah K2CrO4, karena pada larutan K2CrO4 memberikan suatu ciri yang khas, dimana ciri khasnya adalah perubahan warna pada setiap sampel larutan yang ditambahkan atau direaksikan.

V.2 SARAN
       Sebaiknya sebelum dilaksanakan praktikum semua alat dan bahan agar dilengkapi, guna memperlancar prosesi praktikum, dan kenyamana praktikan agar diperhatikan.


LEMBAR PENGESAHAN
                                                                                                    

                                                                                     
                                                           UNAAHA,  9 NOVEMBER 2012      





              ASISTEN                                                    PRAKTIKAN
           
     
(YOSERIZAL TABARA,ST)                               (  WAHYUDIN  )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar